Rahmat yang Terahmati ke Luar Negeri

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Seorang anak tukang kayu yang berhasil meraih mimpi ke Jepang

Moshi-moshi, Sahabat Indonesiana. O-genki desuka? Semoga sehat selalu ya. Terkait sapaan yang saya gunakan, saya ingin bercerita tentang sosok yang sangat inspiratif bagi saya. Ia kini tengah tinggal dan bekerja di Negeri Sakura. Ketika saya sapa dari sosial media lewat room chat di facebook, beliau baru saja selesai memasak. Agaknya berada di perantauan mengharuskannya untuk mandiri dengan berbagai persoalan yang ada.

Tokoh inspiratif yang saya hadirkan bernama Surahmat. Nama yang sederhana, sesederhana orang dan sikap hidupnya. Beliau berasal dari Sajen, Trucuk, Klaten. Dari keluarga sederhana, ayahnya seorang tukang kayu, ibunya seorang petani. Akan tetapi kini tengah bekerja dan menetap di Shizuosuka Hamamatsu, Jepang. Setelah sempat beberapa bulan sebelumnya merantau ke Tangerang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Katanya perjalanannya ke Shizuosuka bagaikan mimpi. Dalam wawancara saya dengan Kakak Rahmat, demikian saya memanggilnya di ruang maya. Kakak Rahmat banyak bercerita tentang perjuangannya. Mulai dari yang hampir tertipu karena harus bayar uang 30 juta, sampai kecewa karena tidak jadi dipilih Sensei untuk berangkat. Tetapi mimpinya ke Jepang tidak berhenti di sana. Berikut kalimat sahajanya yang mengena.

“Ya, terus belajar sampai di mana tanggal keberangkatan keluar. Lha, waktu keluar kan bayar, Nduk. Hehehe, ya sebagai anak nggak punya ya bingung nyari uang 30 juta ke mana. Akhirnya jual motor dapat 10 juta. Lha yang 20 juta, aku minjem temenku, Nduk. Padahal waktu itu temanku orang Jogja, teman juga waktu kerja di Tangerang. Dia belum tahu rumahku lho, tapi dia mau menjemin aku uang segitu dan nggak ada yang dipakai untuk jaminan. Cuma berkat dia percaya, kalau aku bukan pembohong. Hehehe. Alhamdulillah bisa bayar dan akhirnya semua keluarga nganterin ke bandara. Kecuali Bapak dan Ibu yang nggak boleh ikut, biar nanti nggak usah nangis. Akhirnya tanggal 31 September 2015 aku terbang sampai ke Jepang, sampai sekarang ini. Hehehe.”

Saya mengenal Kakak Rahmat ketika duduk di bangku kelas III SMP, waktu itu saya baru mengenal facebook dan mengenalnya lewat facebook pula. Kami baru bertemu muka 3 tahun kemudian, setelah komunikasi intensif lewat handphone. Kakak Rahmat yang bersusah payah untuk menemukan rumah saya. Yang saya heran, kini dia sudah berada jauh dari desa yang ndeso dan tinggal di Negeri Sakura yang canggih. Tetapi tidak ada kesakura-sakuraan yang melekat pada tutur katanya, ia masih tetap saja memanggil saya, “Nduk!” Sebuah kerendahan hati yang pantas dicontoh. Jempol! Dari sini juga tersurat, bahwa Tuhan memberikan sebuah masalah sepaket dengan solusinya, tinggal seberapa keras seorang hamba mau berikhtiar dan berdoa. Dan pada akhirnya Kakak Rahmat bisa berhasil dengan mendapatkan uang 30 juta untuk pergi ke Jepang, meski ditutupi dengan hutang namun itu dijadikannya semangat untuk bekerja.

2016 Januari

Tentang Saya

Nuraz Aji nama pena dari Shoimatun Nur Azizah. Belajar di Competer dunia maya. Mahakarya Anak Jalanan adalah buku kumpulan puisi pertamanya. Mengikuti Temu Penyair Nusantara di Tegal Akhir November 2015.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Nuraz Aji

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler